CI-Agriculture merupakan salah satu startup yang memanfaatkan teknologi Internet of Things dalam bidang agrikultur, untuk membantu para petani mengelola sawah mereka dengan lebih baik.
Regi mengawali presentasinya dengan bercerita tentang seorang wanita yang mengalami kecelakaan, yang menyebabkan lehernya patah dan membuat sebagian besar badannya tidak berfungsi. Tapi untungnya otak wanita tersebut masih berjalan normal. Dengan bantuan IoT, wanita tersebut mengikuti sebuah terapi khusus yang akhirnya dapat membantu wanita tersebut berjalan kembali.
Tidak hanya di dalam kehidupan sehari-hari, peran serta teknologi juga telah membantu berbagai proyek eksplorasi luar angkasa. Salah satunya adalah sebuah printer 3D (tiga dimensi) Zero Gravity, atau tidak memiliki gravitasi sama sekali. Teknologi ini memungkinkan printer tersebut bisa digerakkan dan digunakan dengan lebih mudah di luar angkasa. Perangkat tersebut dikembangkan oleh Made in Space dan hingga sekarang masih digunakan oleh NASA.
Selain untuk keperluan luar angkasa, printer 3D juga mulai digunakan untuk penelitian tubuh manusia dengan melakukan replikasi organ-organ tubuh manusia. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang itu adalah Cambrian Economy, yang melakukan penelitian dan mengembangkan teknologi printing menggunakan laser yang dapat mereplikasi DNA manusia.
Meneropong masa depan teknologi Internet of Things
Regi mengungkapkan bahwa terdapat tiga elemen yang dapat mendorong perkembangan teknologi IoT. Pertama adalah Sensor yang merupakan sebuah alat yang biasa digunakan untuk mengukur benda-benda fisik, dan Actuator adalah sebuah alat yang bertanggung jawab untuk menggerakkan sebuah sistem. Dua alat itu berfungsi sebagai penyedia informasi digital.Kedua adalah Connectivity yaitu jaringan kabel maupun nirkbel yang bertanggung jawab sebagai penghubung antara satu benda dengan benda lainnya. Ketiga adalah People dan Process, yang menjadi pengguna akhir yang akan memproses dan menghubungkan elemen pertama dengan elemen kedua.
Ketiga elemen tersebut secara tidak langsung akan mendorong perkembangan big data yang menampung dan memproses berbagai data yang berasal dari tiga elemen tersebut. Beberapa ahli bahkan telah melakukan proyek bahwa pada tahun 2020 nanti akan terdapat lebih dari 212 miliar perangkat yang telah terhubung. Selain itu nantinya juga akan ada 30 miliar lebih sensor-sensor yang akan terhubung ke jaringan.
Dari negara maju, kini mulai ke negara berkembang
Inovasi teknologi di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat dan Cina terbilang pesat. Hal itu bisa terjadi salah satunya karena dukungan komunitas dan ekosistem. Misalnya di Amerika Serikat ada TechShop, sebuah tempat yang menyediakan ruang bagi para penggiat IoT melakukan eksperimen dan eksplorasi. Tempat tersebut menyediakan alat-alat yang sangat lengkap sehingga bisa menghasilkan produk dasar dengan lebih cepat. Lalu bagaimana dengan Indonesia?“Maker space sekarang tidak hanya terdapat di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, tapi juga sudah mulai adai di Indonesia dan tentunya membantu ekosistem Internet of Things,” ungkap Regi. Beberapa makerspace bahkan telah berkembang di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bogor.
Sejumlah startup teknologi di Indonesia juga telah bermain di ranah Internet of Things. Salah satunya adalah Cubeacon yang memanfaatkan teknologi iBeacon sebagai sarana marketing. Startup asal Surabaya ini telah melakukan kerjasama dengan pemerintah untuk menerapkan teknologi IoT dalam skala yang lebih besar.
Beralih ke kota kembang Bandung ada eFishery, produsen alat pemberi pakan ikan. Berawal dari ide sederhana di sebuah tambak ikan, kini telah berkembang pesat. Beberapa waktu lalu eFishery juga telah memperoleh investasi Pre-Seri A. Apakah kamu semakin tertarik dengan teknologi ini?
sumber
No comments:
Post a Comment